Saturday, December 29, 2012

Ekosistem Pesisir dan Laut


Batasan dan Pengertian Ekosistem Pesisir dan Lautan

Sistem menyeluruh dari organisme dan lingkungan fisikalnya membentuk suatu ekosistem. Suatu ekosistem pada dasarnya tersusun oleh dua organisme fungsional utama yang disebut outotrof dan heterotrof. Autotrof adalah organisme yang dapat menggunakan bahan unorganik sebagai sumber makanannya seperti tumbuhan hijau dan bakteri yang dapat membentuk substansi yang kompleks. Heterotrof adalah binatang atau bakteria yang tergantung senyawa organik yang dihasilkan oleh binatang atau tumbuhan sebagai bahan makanannya; organisme tersebut tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri dengan fotosintesis.

Suatu ekosistem pada umumnya tersusun oleh empat penyusun, yaitu :

  1. Bahan abiotik : air, udara, dan unsur – unsur seperti P,N2 dan O2
  2. Prosedur (penghasil) : tumbuhan hijau (seperti fitoplankton) yang dapat melakukan proses fotosintesis
  3. Konsumen (Pemakan) : sebagian besar binatang ; zooplankton yang memakan fitoplankton sebagai bahan untuk energinya
  4. Pembusuk (penghancur) : bakteria yang mampu menghancurkan (membusukkan) senyawa organik menjadi renik sehingga tersedia sebagai bahan makanan bagi tumbuhan dan bakteria.
Peranan dari organisme yang terdapat dalam suatu ekosistem pada dasarnya dideskripsikan menurut habitatnya. Habitat adalah suatu wilayah geografis yang ditempati oleh tumbuhan atau binatang, misalnya pesisir, eustaria dan laut lepas pantai. Wilayah geografis yang terdapat di pesisir dan lautan itu sangat bervariasi, sehingga dengan demikian ekosistem pesisir dan lautan itu juga beraneka ragam.

Atas dasar pengertian yang tersebut di atas dapat diformilasikan ekosistem pesisir dan lautan. Ekosistem pesisir adalah suatu ekosistem yang terdapat pada lingkungan wilayah pesisir dengan ciri organisme dalam mintakat neritik dan litoral.

Pengertian wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang memliki ciri geosfer yang khusus, arah kedarat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan arah ke laut dibatasi oleh pengaruh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat (BAKOSURTANAL, 1990)

Batas wilayah pesisir arah ke daratan tersebut di tentukan oleh :

  1. Pengaruh sifat fisik air laut, yang ditentukan berdasarkan seberapa jauh pengaruh pasang air laut, seberapa jauh flora yang suka akan air akibat pasang tumbuh (water louwing vegetation) dan seberapa jauh pengaruh air laut ke dalam air tanah tawar;
  2. Pengaruh kegiatan bahari (sosial), seberapa jauh konsentrasi ekonomi bahari (desa nelayan) sampai kearah selatan.
Wilayah pesisir atas dasar genesisnya dapat dibedakan menjadi satuan bentang lahan seperti di bawah ini :
  1. Rentang Pasut (Tidal Flat) : yaitu daerah di wilayah pesisir yang berawal atau berlumpur, tertutup air pada waktu air laut pasang.
  2. Gisik (beach) : yaitu daerah pesisir yang brada pada pertemuan daratan denga air laut, lerengnya landai, material pembentuknya kasar belum memadat, umumnya pasir, kerakal dan shingle.
  3. Beting Gesik (beach ridge) : yaitu daerah yang berujud gumuk memanjang, materialnya kasar yang berbatasan dengan gisik yang berbentuk oleh pengaruh gelombang.
  4. Lereng terjal di laut (Sea Cliff) : yaitu daerah berbatu dengan lereng terjal yang terbentuk oleh gelombang
  5. Teras Marin : yaitu suatu kenampakan di tepi laut yang dicirikan oleh kegiatan lereng yang relatif datar / dan dibatasi oleh takikan yang lebih curam. Teras Marin terbnetuk oleh proses abrasi yang cukup lama setelah terjadi perubahan muka air laut.
  6. Delta : yaitu suatu bentang lahan yang terbentuk di muara sungai baik di poerairan laut maupun danau ; delta terbentuk antara lain diakibatkan dasar muara sungai yang stabil dan dangkal, sedimen yang terbawa sungai cukup besar, perairan laut cukup tenang (gelombang dan arus tidak terlampau kuat).
  7. Gumuk pasir (Sand dunes) : adalah suatu bentang lahan yang dicirikan oleh bukit rendah (gumuk) yang tersusun oleh pasir, yang pembentukannya oleh proses Aeolin (angin).
Ekosistem pesisir kadang – kadang cirinya yang menonjol bukan lingkungan fisiknya, tetapi justru organisme yang mendominasi pada lingkungan fisik tersebut. Salah satu contoh adalah hutan mangrove dan terumbu karang. Dalam hal hutan mangrove dan terumbu karang tersebut maka tumbuhan mangrove karang yang mencirikan ekosistemnya.

Ekosistem laut (an) adalah suatu ekosistem perairan laut di laut ekosistem pesisir, yang dicirikan oleh kondisi organisme perairan, pelagic oseanik dan bentik batial, abisal dan handal. Perairan laut pelagic oseanik adalah perairan di laut dangkalan kontinen (continental sheif), yang mempunyai variasi geografis besar demikian juga kedalamannya. Distribusi temperatur dan salinitas dalam perairan laut pelagic oseanik relatif konstan, sedangkan distribusi penyinaran sangat bervariasi.

Perairan bentik betial mempunyai kedalaman atara 200 – 2.000 m, dasarnya berbatu atau berlumpur, abisal kedalamanny6a 2000 – 6000 m dan hadal kedalamannya lebih dari 6.000 m.

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap ekologis kelautan perlu diketahui dalam membicarakan ekosistem pesisir dan kelautan (an). Hubungan antara organisme di perairan laut dengan lingkungan harus memperhatikan faktor – faktor : penyinaran matahari, temperatur air, salinitas, tekanan, kadar CO2,O2, nutrisi, pH, dan kedalaman.

Faktor – faktor tersebut terutama digunakan untuk mengetahui tingkat proses fotosintesis dan resfirasi yang daapt digunakan untuk analisis siklus biogeokhemik. Topografi dasar lautan itu sangat bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu. Secara garis beras topografi dasar laut (an) itu dibedakan menjadi :

a.    Tepian Kontinen: Tepian kontinen tersusun oleh dangkalan kontinen (shelf) lereng kontinen, tanjakan dan igir.

  1. Dangkalan (paparan) kontinen : adalah lanjutan dari topografi dan geologi dataran daerah yang berbatasan berada di bawah muka air laut, kedalamannya kurang dari 200 m, lereng landai (0,4%), lebar 50 – 70 km. Pada dangkalan kontinen proses abrasi dan sedimentasi aktif.
  2. Takikan dangkalah : adalah daerah peralihan dari dangkalan ke lereng kontinen, kedalamannya berkisar antara 10 – 500 m, reratanya 200 m, relatif umumnya kurang dari 20 m.
  3. Lereng kontinen : lanjutan dari dangkalan kontinen mempunyai lereng 3 - 6 %, proses pengendapan aktif.
  4. Tanjakan kontinen : daerah ini mempunyai lereng secara gradual menurun hingga mencapai basin lautan.
b.    Dasar Basin Lautan: Dasar Basin Lautan sering disebut dengan daratan abisal, daratan abisal mempunyai gradien yang sangat kecil 1 : 1000 hingga 1 : 10.000. pada dataran abisal umumnya tempat bermuara “canon” sehingga sering timbul bentukan yang menyerupai kipas. Meskipun sebagian besar topografinya datar, tetapi banyak juga bertopografi bergumuk (hummocky) yang diakibatkan oleh extrusi dan gunung api dasar laut.

c.    Igir dan Lembah Dasar Laut: Kenampakan yang dijumpai di dasar laut antara lain :

  1. Igir : Igir umumnya berlereng yang relatif terjal lebarnya dapat mencapai 1.500 – 2.000 km. Igir bawah laut dapat merupakan system rangkaian gunung api bawah laut. Pada sistem dan lembah memanjang (rift valley).
  2. Palung (trenches) : bagian laut yang terdalam seperti saluran, yang seakan – akan memisahkan dua benua, seperti di Lautan India (selatan Pulau Jawa) kedalamannya mencapai 7.700 m.
  3. Pulau Kontinen : yaitu masa dataran yang terpisah dengan benuanya (kontinennya).
  4. Atol (pulau terumbu karang).
  5. Seamount” dan “Guyot”.
  6. Jalur kepulauan (seperti di Indonesia).
Ket : Seamount adalah gunung api yang muncul dari dasa lautan, tetapi belum muncul ke permukaan laut, seamount berlereng curam, puncak runcing, ketinggian dapat mencapai 1.000 m, sedangkan “guyot” mempunyai puncak datar.

Bentang Lahan Pasir: Pada bentang lahan pasir (Coaltal Landscape) sebenarnya mencakup perairan laut yang disebut dengan pantai (shore). Pantai (shore) adalah suatu wilayah yang meluas dari titik terrendah pada saat surut, arah ke dataran hingga mencapai batas efektif dari gelombang. Garis pantai (shore line) itu berubah – ubah sesuai dengan kedudukan pada saat pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut.

Sifat Fisik Air Laut: Gelombang, arus, dan pasut adalah sifat fisik air laut yang bersifat dinamis. Gelombang, arus dan pasang surut yang terjadi pada suatu daerah di perairan laut telah berlangsung lama, sehingga organisme yang terdapat di daerah tersebut telah beradaptasi. Karakteristik gelombang, arus dan pasang surut dapat dicari di berbagai literature kelautan dan karakteristik fisik air laut yang bersifat internal misalnya penyinaran, suhu, salinitas, tenahan, CO2, O2, pH dan kedalaman.

Penyinaran: Intensitas sinar penting dalam kehidupan di perairan laut, ternyata intensitas sinar yang dapat masuk ke dalam air itu berbeda – beda. Sinar merah yang mencakup maksimum 1 % dari dari sinar dapat mencapai kedalaman 55 m, sinar kuning – hijau dan violet 1 % daya tembusnya 95 m dan sinar biru 1 % mencapai kedalam 150 m. Sinar untuk fotosintesis maksimum dapat mencapai 250 m di laut, di pantai yag airnya jernih dapat mencapai 50 m dan apabila keruh hanya beberapa sentimeter saja. Seperti yang telah diuraikan berdasarkan penyinaran sinar matahari perairan laut dibedakan menjadi : (1) eufotik, (2) disfotik dan (3) afotik. Di bawah kedalaman 2.500 meter sinar matahari sudah tidak mencukupi untuk proses biologis. Sinar matahari yang masuk ke dalam air tidak dapat menyebabkan kenaikan suhu, akibatnya akan menimbulkan arus konveksi. Arus konveksi yang terjadi akan berpengaruh terhadap kehidupan dari perairan laut. Seberapa besar pengaruh arus konveksi terhadap kehidupan laut.

Suhu Air Laut: Suhu air laut permukaan dengan di bawah permukaan menunjukkan perbedaan. Selisih suhu harian lebih kurang 0,3oC untuk lautan, sedangkan di pantai dapat mencapai 3oC. Perbedaan suhu air laut untuk berbagai lokasi itu berbeda – beda. Untuk daerah lintang tinggi perbedaan suhu tidak begitu besar. Misalnya di daerah lintang rendah di permukaan 25oC di dasar pada kedalaman 2.500 m dengan suhu 5oC. Perbedaan suhu selain dapat menyebabkan densitas akan mempengaruhi nutrisi yang dikandungnya, umumnya di permukaan itu terbatas sedangkan di bawah permukaan melimpah.

Salinitas: Salinitas secara keseluruhan hampir homogen (35%), kecuali pada daerah yang mendapat pasokan air tawar atau evaporasi yang kuat. Akibat dari salinitas air laut yang tinggi menyebabkan hewan (ikan) di air laut bersifat isotonic (lebih konstan), sedangkan ikan di air tawar hipotonik.

Tekanan Air: Tekanan hidrostatik menjadi factor pengontrol kehidupan di laut. Setiap turun 10 m tekanan bertambah 1 atmosfer. Di dasar laut tekanan dapat mencapai 1.000 atmosfer. Atas dasar variasi tekanan air maka kehidupan laut bervariasi menurut kedalamannya.

CO2

Karbon dioksida di air laut bervariasi, di dalam air dapat membentuk asam karbonat dan apabila bereaksi dengan Ca dapat membentuk batu gamping. Ketersediaan CO2 akan menentukan proses fotosintesis, apabila CO2 naik dapat menyebabakan kematian bagi binatang laut.

Nutrisi

Nutrisi seperti fosfat dan nitrit penting untuk pertumbuhan dan reproduksi bagi semua organisme di laut. Fosfat dapat membentuk adenosin tri fosfat yang penting untuk pertumbuhan.

Kehidupan di perairan laut atas dasar daya gerak dan habitatnya dapat dibedakan menjadi :

  1. Plankton: Plankton adalah organisme mikroskopik di perairan yang mengapung, berpindah-pindah terbawa arus. Kebanyakan plankton hidup di perairan dangkal, karena hidup hari fotosintesis. Plankton dapat dibedakan menjadi fitoplankton dan zooplankton.
  2. Fitoplankton: Contoh dari Fitoplankton adalah diatomea (SiO2) yang senang pada perairan dingin dan flagelata yang senang pada air hangat. Coccithopores memiliki kulit CaCO3, sargasum sejenis plankton yang hidup tanpa akar, melayang – layang di dalam air.
  3. Zooplankton: “Jelly Fish”, “Arrow Worm” copepod dapat hidup dalam berbagai kondisi salinitas, sinar, arus dan cadangan nutrisi. Zooplankton dapat dibedakan menjadi holoplankton (terus – menerus tenggelam) dan mesoplankton (kadang – kadang tenggelam)
  4. Benthos: Adalah organisme yang hidup di dasar laut. Atas dasar model kehidupanya dapat dibedakan menjadi sesil (diam, permanen), merayap (kepiting) dan membuang liang (kerang).
  5. Nekton: Adalah binatang yang dapat berenang (ika, hiu, dan mamalia0
  6. Tumbuhan Laut: Eel Grass”, ganggang biru-hijau, ganggang hijau, ganggang merah, ganggang coklat, diatemoa, dan flagelata.
  7. Binatang Laut: Variasi binatang laut lebih banyak, menurut bentuk, ukuran, morfologi dan kedalamannya. Contoh – contohnya : foraminifera, radioloria, porifera, “coelenterates”, moluska, branciopoda, “brryozoon”, cacing laut, antropoda, ikan laut, reptil, burung, mamalia, dan bacteria laut.


Lencir Kuning Posted By Lencir Kuning

All about environmental sanitation and public health article up to date contact me

Thank You


0 Responses So Far:

Post a Comment