Jenis dan Indikator Penilaian Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan adalah hasil dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target lingkungan (ISO 14004, dari ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya. Kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil dapat diukur dari hal-hal yang terkait dengan ukuran aset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan semangat kerja yang dialami manusia pelaku kegiatan, dalam mewujudkan kebijakan lingkungan organisasi, sasaran dan targetnya. Indikator kinerja kualitatif bukan hanya mengukur motivasi kerja dan inovasi yang terjadi, namun juga mengukur iklim yang memungkinkan inovasi itu terjadi, iklim kerja yang membuat motivasi kerja karyawan meningkat, jadi faktor pendorongnya lebih ditekankan. Dasarnya adalah teori bahwa perasaan dan tindakan manusia pun adalah hasil atau respon terhadap apa yang terjadi disekitarnya (stimulus). (Covey, 1993).
Jenis ukuran indikator kinerja lingkungan secara umum terdiri dari 2 golongan yaitu (GEMI, 1998) :
- Indikator lagging yaitu ukuran kinerja end-process, mengukur output hasil proses seperti jumlah polutan dikeluarkan
- Indikator leading yaitu ukuran kinerja in-proses, Jenis indikator yang sudah banyak dikenal yaitu indikator lagging, seperti jumlah limbah yang dihasilkan, dll. Manfaat utama menggunakan indikator jenis ini adalah mudah digunakan dan mudah dimengerti. Kerugian utamanya adalah sesuai namanya yaitu indikator tertinggal (lag), mereka mencerminkan situasi dimana aksi korektif hanya dapat diambil setelah kejadian, dan bahkan setelah memakan biaya tertentu, apakah itu denda atau turunnya citra perusahaan akibat keluhan dari masyarakat. Indikator ini juga tidak mengidentifikasi akar penyebab defisiensi dan bagaimana kejadiannya dapat dicegah. Efek dari tindakan korektif tidak akan muncul hingga hasilnya tahun depan, sehingga ukuran kinerja akan terasa terlambat.
Terdapat banyak hal yang perlu dipertimbangkan ketika merancang, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan memperbaiki program pengukuran kinerja lingkungan. Saran yang diberikan GEMI (1998) ketika memilih indikator kinerja lingkungan adalah :
- Satu ukuran tidak mewakili semua – pertimbangkan operasi perusahaan, organisasi, dan dampak lingkungan uniknya. Berangkat dari fakta bahwa setiap perusahaan mempunyai produk dan jasanya masing-masing, organisasi, struktur keuangan, hukum dan kebutuhan peraturannya sendiri-sendiri. Berkompromi dengan standar internasional seperti ISO 14001 mungkin penting bagi perusahaan dengan operasi global, namun kurang penting bagi perusahaan lokal. Sebagai tambahan, manajemen perusahaan, pemegang saham internal dan eksternal lain akan menentukan perangkat apa yang digunakan dan bagaimana kinerja diukur.
- Tentukan pemirsa dari metrik ukuran kinerja tersebut. Terdapat pemirsa internal (direksi, pemegang saham, karyawan) atau eksternal (investor, masyarakat, Pemerintah). Setiap kelompok konsumen lingkungan tertarik pada tipe data dan metrik kinerja yang berbeda. Masyarakat lokal sebagai contoh, terutama tertarik dengan pembuangan bahan kimia beracun dari pabrik yang berdekatan dengan lingkungan komunitasnya. Karyawan tertarik pada kecelakaan kerja dan kesehatan dan kekuatan komitmen manajemen pada program EHS. Sementara manajemen dan investor lebih tertarik pada biaya program EHS dan nilai yang ditambahkannya pada bisnis yang tercantum dalam data kinerja EHS. Agen Pemerintah memerlukan pengumpulan dan pelaporan tipe data tertentu seperti emisi udara, pembuangan ke air, dan pembuangan dan kebocoran substansi berbahaya. Banyak perusahaan memilih merespon pada bermacam pemirsa.
- Tentukan sasaran / tujuan indikator kinerja, apakah bertujuan memuaskan bermacam audiens, seperti NGO, Pemerintah, dll. Minat dari bermacam pemirsa konsumen tersebut biasanya digabungkan dalam kebijakan dan sasaran lingkungan, kesehatan, dan keselamatan perusahaan. Sasaran ini seringkali menyediakan kriteria dimana kinerja perusahaan diukur. Dalam banyak kasus prinsip-prinsip ini didasarkan pada prinsip yang dikembangkan oleh inisiatif bisnis sukarela, seperti Public Environmental Reporting Initiatives (PERI), ICC Business Charter for Sustainable Development, dan Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES).
- Tentukan bilamana ukuran kesehatan dan keselamatan dimasukkan dalam indikator kinerja lingkungan, karena tidak selalu dimasukkan.
- Pilih ukuran yang mendorong kinerja. Contohnya perusahaan yang ingin memperbaiki catatan pemenuhan dengan Pemerintah harus menggunakan metrik ukuran in-proses yang mengidentifikasi dan mengukur akar penyebab tidak memenuhi tersebut. Mengukur limbah B3 yang dihasilkan daripada mengurangi penggunaan material B3 akan membawa manajer dengan mudah mendaur ulang material tertentu daripada mensubstitusikan atau menghilangkannya dari proses produksi. Fokus pada jumlah kasus kecelakaan di pabrik dapat berakibat penurunan pelaporan dan kecelakaan yang lebih serius dikemudian hari. Memberi nilai atau mengindeks-kan fasilitas dapat menolong mengukur kemajuan dari tahun sebelumnya dan membawa perbaikan berkelanjutan.
- Pastikan bahwa program tersebut berkelanjutan. Dokumentasi adalah elemen kunci ISO 14001. Program harus mampu bertahan jika personil kunci meninggalkan perusahaan atau dipindahkan.
- Konsisten dari tahun ke tahun
- Pilih ukuran yang dimengerti dan cocok dengan operasi dan sistem informasi perusahaan. Adalah penting untuk memilih metrik ukuran yang dimengerti pada target pemirsa dan unit bisnis dan sesuai dengan operasi perusahaan. EPI dapat terasa sulit untuk diimplementasikan dan dikumpulkan dan karena itu tidak selalu berguna pada perusahaan dengan divisi dan operasi yang beragam. Di sisi lain akan sangat berguna pada perusahaan dalam satu tipe aktifitas. Bagi perusahaan internasional, metrik ukuran yang cukup jelas di satu lokasi pabrik mungkin tidak dimengerti di lokasi negara lain.
- Gunakan data yang telah juga dikumpulkan bagi penggunaan bisnis lain, bila memungkinkan. Pengumpulan data dan pelaporan kinerja lingkungan akan difasilitasi dan diminimalkan biayanya pada batas dimana sistem pengumpulan data yang ada dapat digunakan. Biaya program metrik lingkungan akan menjadi perhatian utama dari manajemen perusahaan terutama di perusahaan kecil. Data yang secara rutin dicari dan dilaporkan adalah data yang diperlukan oleh agen peraturan , seperti :Limbah berbahaya yang dihasilkan, Pengeluaran kimia beracun, Tumpahan minyak dan substansi berbahaya, Emisi udara dan pengeluaran limbah cair, Kecelakaan kerja dan kondisi kesehatan. Data lain yang dicari bagi kegunaan bisnis, namun juga berguna bagi metrik lingkungan termasuk :· Penggunaan air · Penggunaan energi / unit produk · Jumlah temuan audit internal · Biaya remediasi lingkungan · Persen karyawan dilatih · Jumlah material didaur ulang, dan lainnya.
- Jelaskan harapan kinerja dan identifikasi siapa yang terlibat.
- Identifikasi proses pengumpulan data yang jelas –bilamana dan bagaimana data akan dikumpulkan dan dilaporkan.
- Normalkan data. Normalisasi data adalah teknik penting bagi menelusuri kinerja lingkungan. Mencoba faktor emisi, pengeluaran, dan konsumsi sumberdaya pada unit produksi menolong menjelaskan apakah tren lingkungan positif adalah hasil aktifitas pencegahan polusi atau hanya efek pengurangan manufaktur (penutupan pabrik atau pemindahan manufaktur kontrak).
Prosedur Penentuan Indikator Kinerja Lingkungan Secara Kuantitatif
Secara umum untuk menentukan indikator kinerja lingkungan kuantitatif dapat menggunakan metoda Evaluasi Kinerja Lingkungan (EPE) ISO 14031. Yang berisi antara lain pemilihan indikator kinerja kuantitatif terkait dengan konsumen yang kita tuju dari pelaporan kinerja lingkungan kita. Garis besar metoda menentukan indikator kinerja lingkungan sesuai kerangka EPE ISO 14031 langkah-langkahnya adalah :
- Mencari kriteria kinerja yang diinginkan pelanggan lingkungan / interested parties yang ingin kita tuju dalam pelaporan kinerja lingkungan kita. Pemahaman aspek organisasional lewat gambaran profil organisasi, kebijakan lingkungan, visi dan misi, sasaran, dan target kinerja yang diinginkan manajemen, serta kriteria pemilihan lainnya, lewat input dari manajemen, dapat sebagai dasar penentuan kriteria kinerja lingkungan dan indikator terukurnya.
- Memasukkan pertimbangan kriteria kinerja terutama yang terkait dengan aspek dan dampak lingkungan signifikan dalam pemetaan proses dan form peta proses Christopher (1993). Dapat dengan pendekatan metoda 6 langkah pemetaan proses EPA (1999)
- Menentukan jenis indikator kinerja berdasarkan kriteria kinerja terpilih sebelumnya.
- Mengadakan program manajemen lingkungan pengumpulan data indikator kinerja tersebut.
- Melaporkan sebagai bahan review manajemen dan melakukan aksi korektif.
Selain pertimbangan sasaran yang ingin dicapai, penentuan indikator kinerja dilakukan dengan memperhatikan hal-hal :
- Aspek non teknis. Pertimbangan selain yang tertulis seperti pernyataan kebijakan, visi dan misi lingkungan, sasaran dan target lingkungan, karena kadang terdapat kebijakan tak tertulis, perlu juga mengadakan konsultasi dengan pihak manajemen.
- Aspek teknis: sistem manajemen, pendukung untuk mendapat indikator kinerja, berupa ketersediaan data penunjang (seperti data penggunaan energi listrik, dst), kemudahan pengukuran (peralatan dan metoda), fisibilitas secara keuangan, dan aspek lingkungan signifikan secara ekonomis.
- Peta, tahap ini memetakan proses dan menetapkan batas-batas kajian untuk hasil yang diproduksi
- Ukuran, tahap ini mengembangkan ukuran yang mendefinisikan kinerja produktifitas dan mutu sehingga sasaran dapat tercapai dan untuk menetapkan umpan balik pengendalian dan pengembangannya.
- Analisa aspek dan dampak lingkungan signifikan dengan menggunakan antara lain metoda 6 langkah pemetaan proses EPA (1999).
Prosedur Penentuan Indikator Kinerja Lingkungan Secara Kualitatif
Indikator kuantitatif tetap punya kelemahan antara lain tidak mampu menggambarkan proses yang sedang terjadi secara lengkap. Indikator yang sulit dijabarkan secara kuantitatif antara lain yang terkait dengan aspek intangible kualitatif, seperti persepsi karyawan, motivasi, iklim inovasi. Hal-hal tersebut lebih tepat diukur dengan pendekatan kualitatif. Sebenarnya Christopher telah menyinggungnya lewat pengukuran langkah ke 3 yaitu motivasi, namun untuk lebih memudahkan kita pisahkan dengan pengukuran kuantitatif di 2 langkah sebelumnya. Motivasi kita pisahkan karena lebih cenderung termasuk indikator kualitatif yang dapat diukur dalam langkah pengukuran proses dalam konteks Evaluasi Kinerja Lingkungan (EPE).
Beberapa definisi yang digunakan untuk menggunakan metoda ini adalah :
- Mutu adalah kepuasan konsumen karena terpenuhi harapannya.
- Konsumen adalah pemakai produk atau jasa yang dihasilkan. Konsumen dapat berupa konsumen internal dan eksternal.
- Produktifitas adalah efisiensi penggunaan sumber daya, yang diukur sebagai output dalam hubungannya dengan input sumber daya antara lain orang/jam, modal, material, energi.
- Input adalah sumber daya (orang/jam modal, material, energi) yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk atau jasa.
- Output adalah produk atau jasa yang memenuhi persyaratan mutu, dihasilkan melalui proses yang menggunakan sumberdaya dan dikirimkan kepada konsumen.
Contoh pengukuran kualitatif adalah penilaian terhadap sistem manajemen lingkungan yang berlaku seperti cakupan prosedur, persepsi karyawan, kepuasan pelanggan, motivasi kerja, intensitas komunikasi yang terjadi dengan pelanggan / elemen organisasi lain, sistem penghargaan, proses validitas data lingkungan, dst. Indikator-indikator tersebut agar optimal, harus memiliki arah mewujudkan sasaran lingkungan yang ingin dicapai, berupa visi dan misi kebijakan yang jelas, kondisi yang ingin dicapai seperti jaminan kelangsungan bisnis, kualitas proses produksi sesuai keinginan pelanggan, dan lainnya. Dalam hal ini dibantu dengan konsep-konsep seperti TQEM dan Sustainable Development.
Indikator kualitatif dapat diukur dengan melakukan aktifitas gap analysis atau audit sistem manajemen. Untuk dapat melakukannya diperlukan standar tertentu yang telah memiliki kondisi tahapan menuju sasaran yang diharapkan, seperti halnya TQEM CGLI. Cara lain adalah dengan membebaskan organisasi mencari jalannya sendiri menuju kinerja yang telah ditetapkan, namun dengan menggunakan rambu-rambu tertentu pada tahapan tertentu. Contohnya seperti pada Green Zia dan MBQA.
No comments:
Post a Comment